Turun Tanah Bayi Umur Berapa?

By | September 5, 2023

Turun tanah adalah salah satu tradisi Jawa yang dilakukan sebagai bagian dari upacara kelahiran anak. Upacara ini memiliki makna penting dalam budaya Jawa, dan sering kali menjadi momen yang dinantikan oleh keluarga dan kerabat dekat. Turun tanah merupakan simbolisasi pengenalan bayi terhadap dunia luar, khususnya tanah yang akan menjadi tempat anak berpijak dan tumbuh besar.

Dalam tradisi Jawa, turun tanah bayi dilakukan pada usia tertentu. Salah satu upacara yang sering kali dilakukan adalah Tedhak Siten. Namun, ada juga beberapa faktor yang dapat memengaruhi waktu pelaksanaan turun tanah bayi.

Mengapa Turun Tanah Bayi Penting?

Turun tanah bayi merupakan momen yang sarat dengan makna simbolis dan filosofis. Melalui upacara ini, anak diperkenalkan dengan dunia luar dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, turun tanah juga melambangkan permohonan restu kepada leluhur dan harapan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berakhlak mulia, serta memiliki ikatan yang kuat dengan tanah kelahirannya.

Upacara turun tanah bayi juga dapat dianggap sebagai langkah awal dalam memperkenalkan anak dengan nilai-nilai budaya dan tradisi keluarga. Dalam tradisi Jawa, turun tanah bayi sering kali diiringi dengan beberapa ritual dan doa-doa yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan berkah bagi anak. Hal ini memperkuat ikatan antara anak, keluarga, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Usia Ideal untuk Turun Tanah Bayi

Usia yang ideal untuk melakukan turun tanah bayi dapat bervariasi tergantung pada tradisi dan kepercayaan masing-masing keluarga. Namun, dalam tradisi Jawa, salah satu upacara turun tanah yang sering dilakukan adalah Tedhak Siten. Upacara ini biasanya dilakukan saat anak berusia 7 bulan dalam kalender Jawa atau sekitar 8 bulan dalam kalender Masehi.

Pada usia tersebut, anak biasanya sudah mulai memasuki tahap perkembangan di mana mereka belajar untuk berjalan. Dengan melakukan turun tanah pada usia ini, anak diperkenalkan dengan dunia luar dan diharapkan dapat menguatkan otot-otot kaki serta meningkatkan kemampuan motoriknya. Selain itu, turun tanah bayi pada usia ini juga melambangkan momen awal anak mulai menapakkan kakinya ke tanah dan menjelajahi lingkungan sekitarnya.

Persiapan dan Pelaksanaan Turun Tanah Bayi

Sebelum melaksanakan upacara turun tanah bayi, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Pertama, keluarga perlu menentukan tanggal dan lokasi pelaksanaan upacara. Biasanya, turun tanah bayi dilakukan di rumah keluarga atau di tempat yang memiliki makna khusus bagi keluarga, seperti makam leluhur atau tempat ibadah.

Selanjutnya, keluarga perlu mempersiapkan berbagai perlengkapan yang diperlukan dalam upacara turun tanah, seperti beras kuning, telur, kemenyan, dan berbagai macam buah. Perlengkapan ini melambangkan harapan akan keberuntungan, kesuburan, dan kesehatan bagi anak. Selain itu, perlu juga mengundang keluarga dan kerabat terdekat untuk menghadiri upacara tersebut.

Pada hari pelaksanaan, biasanya dimulai dengan pemberian sesaji kepada leluhur dan doa-doa yang dipanjatkan oleh sesepuh keluarga atau tokoh agama. Setelah itu, bayi akan diperkenalkan dengan tanah melalui proses yang melibatkan menapakkan kaki bayi pada tumpukan beras kuning yang telah disiapkan. Kemudian, anak akan dibawa mengelilingi tempat upacara untuk melambangkan pengenalan terhadap lingkungan sekitar.

Setelah selesai, keluarga dan tamu yang hadir biasanya akan mengadakan acara syukuran dan makan bersama. Ini merupakan momen kebersamaan yang memperkuat ikatan antara keluarga dan kerabat dekat.

Turun tanah bayi merupakan upacara penting dalam tradisi Jawa yang memiliki makna simbolis dan filosofis. Melalui momen ini, anak diperkenalkan dengan dunia luar dan lingkungan sekitarnya. Upacara turun tanah bayi sering kali dilakukan saat anak berusia sekitar 7 bulan dalam kalender Jawa atau 8 bulan dalam kalender Masehi. Pada usia ini, anak sudah mulai belajar untuk berjalan dan menapakkan kakinya ke tanah.

Upacara turun tanah bayi memiliki makna yang mendalam dalam budaya Jawa. Selain sebagai pengenalan anak terhadap dunia luar, turun tanah juga melambangkan permohonan restu kepada leluhur dan harapan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berakhlak mulia, serta memiliki ikatan yang kuat dengan tanah kelahirannya. Melalui turun tanah bayi, anak juga diperkenalkan dengan nilai-nilai budaya dan tradisi keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Persiapan dan pelaksanaan turun tanah bayi melibatkan berbagai ritual dan doa-doa yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan berkah bagi anak. Momen ini juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan antara keluarga dan kerabat dekat. Dengan melibatkan orang terdekat dalam upacara ini, anak akan merasakan kasih sayang dan perhatian yang besar dari keluarga dan kerabat, serta akan memperoleh dukungan dan restu untuk masa depannya.

Secara keseluruhan, turun tanah bayi merupakan momen yang penuh makna dan penting dalam tradisi Jawa. Melalui upacara ini, anak diperkenalkan dengan dunia luar, nilai-nilai budaya, dan tradisi keluarga. Dalam momen awal anak menapakkan kakinya ke tanah, harapan dan doa-doa dipanjatkan untuk membimbing dan melindungi anak dalam perjalanan hidupnya. Turun tanah bayi adalah bukti nyata akan kekuatan ikatan keluarga dan kebersamaan dalam menjaga warisan budaya dan tradisi yang berharga.